Pura Pertama di Belanda Diplaspas, Dihadiri Gubernur Koster Sekaligus Resmikan Pura

17 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali 
Gubernur Bali Wayan Koster menghadiri upacara Pamelaspasan Agung sekaligus meresmikan Pura Santa Citta Bhuwana di Kallenkote, Kota Steenwijkerland, Provinsi Overijssel, Belanda, pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (3/5). Pura yang berlokasi di Taman Indonesia ini merupakan pura pertama di Belanda yang dibangun komunitas masyarakat Bali secara gotong-royong. 

Gubernur Koster hadir men-support penuh dengan membantu seluruh biaya upacara pamelaspasan dan menghadirkan langsung sulinggih serta pamangku dari Bali untuk melaksanakan upacara pamelaspasan tersebut. Material untuk pembangunan pura pun didatangkan langsung dari Bali.  

Gubernur Koster memberi apresiasi masyarakat Bali di Belanda atas kegigihan dan semangat gotong royong tinggi sehingga bisa membangun pura hingga tuntas dan bisa dipelaspas serta diresmikan pada Hari Raya Kuningan. Sebagai rasa terima kasih, Gubernur Koster membantu seluruh biaya upacara pamelaspasan dan menghadirkan sulinggih serta pamangku untuk melaksanakan upacara pamelaspasan. Koster juga menyampaikan terima kasih kepada Kedutaan Besar Indonesia di Belanda dan pemilik Taman Indonesia.

"Saya berharap pura ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh komunitas masyarakat Bali di Belanda, serta dirawat sehingga memberi manfaat untuk selamanya, tidak saja untuk kepentingan hari raya tetapi sebagai wahana berkumpul mengembangkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan sesama masyarakat Bali sebagai bentuk dedikasi kepada bangsa dan negara Indonesia," kata Gubernur Bali dua periode ini melalui keterangan tertulis yang diterima NusaBali, Minggu (4/5). 

Kehadiran Gubernur Bali Wayan Koster menjadi momen istimewa dalam pemelaspasan dan peresmian pura. Warga Bali di Eropa khususnya di Belanda merasakan dukungan luar biasa dari masyarakat dan Pemprov Bali. Momen kehadiran Gubernur Koster tentunya tak ingin terlewatkan tanpa dokumentasi. Warga Bali di sini memanfaatkan momen langka ini untuk berfoto dan selfie dengan Gubernur Koster. 

Tak hanya krama Bali di sini, tampak warga negara Belanda yang hadir juga antusias berfoto dengan Gubernur Koster. Seperti seorang warga Belanda yang mengenakan busana serba hitam pecalang yang turut mengabadikan momen bersama Gubernur Koster. Duta Besar RI untuk Belanda, Mayerfas yang hadir langsung beserta istri dan jajaran KBRI menyambut baik momen bersejarah ini. Mayerfas mengatakan peresmian pura ini tidak saja menjadi kebanggaan masyarakat Bali tapi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia. "Keinginan pembangunan pura ini sudah sejak lama, namun baru bisa direalisasikan mulai tahun 2023. Pura ini merupakan yang pertama di Eropa yang dibangun atas gotong royong masyarakat Bali di Belanda," katanya. 

Mayerfas secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Bali Wayan Koster yang hadir langsung menyaksikan upacara pamelaspasan sekaligus meresmikan pura ini. "Terima kasih kepada Gubernur Bali (Wayan Koster, Red) yang telah berkenan hadir langsung menyaksikan dan meresmikan pura ini," kata mantan Dubes RI untuk Vietnam dan Sekjen Kemenlu ini.

Acara pamelaspasan Pura Santa Citta Bhuwana dipimpin oleh Ida Shri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pemayun. Dihadiri oleh ratusan komunitas masyarakat Bali yang tinggal di Belanda, juga datang dari masyarakat Bali yang tinggal di Jerman, Prancis, Inggris, Belgia, dan Norwegia. Seluruh masyarakat Bali di sana hadir dengan antusias karena peresmian pura berlangsung tepat pada Hari Raya Kuningan. 

Ketua Yayasan Bali Abdi Samasta, Made Aniadi, Ketua Komunitas Hindu di Belanda Ketut Sriwahyuni, dan pemilik Taman Indonesia Marisa dan Mr Diederik Wareman serta sejumlah tokoh juga hadir pada peresmian pura. Pura ini dibangun atas inisiatif masyarakat Bali di Belanda difasilitasi yayasan, dengan dana gotong royong masyarakat serta didukung penuh oleh Kedutaan Belanda dan Pemprov Bali, di mana material bangunan pura didatangkan langsung dari Bali. Pura ini berada di Taman Indonesia. Pemilik Taman Indonesia, Marisa, begitu mencintai Indonesia dan Bali, sehingga lahan untuk pura dihibahkan kepada Yayasan Bali Abdi Samasta. 

Sebelumnya Ketua Yayasan Bali Abdi Samasta yang menaungi Pura Shanta Citta Bhuwana, Made Aniadi mengungkapkan diaspora umat Hindu di Desa Kallenkote tidak banyak. Hanya 250 orang dari total penduduk Provinsi Overijssel yang berjumlah 1,18 juta orang. Mayoritas adalah umat Hindu asal Bali. Sisanya, warga blasteran Bali-Belanda. Meski begitu, Pura Shanta Citta Bhuwana terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung atau bersembahyang. 

“Terbuka bagi siapa pun yang percaya. Untuk masyarakat luar (non) Hindu juga welcome (dipersilakan). Aturannya, sama (seperti di Bali). Kalau datang bersama keluarga, sekeluarga wajib pakai pakaian adat Bali," tuturnya. 

Untuk diketahui, Kedutaan Besar RI (KBRI) Den Haag telah meresmikan Pura Shanta Citta Bhuwana yang merupakan pura pertama di Belanda pada 30 November 2024. Peresmian disertai pamelaspasan alit. Menempati lahan seluas 36 meter persegi, di dalam Pura Shanta Citta Bhuwana terdapat palinggih Padmasana dan Panglurah. Pura Shanta Citta Bhuwana sendiri memiliki makna tempat untuk mencari ketenangan dan kedamaian pikiran, berada di dalam Taman Indonesia yang dikelilingi flora fauna dari Indonesia dan jauh dari keramaian kota.

Keberadaan pura tersebut diharapkan dapat menambah khasanah sekaligus menjadi sarana promosi budaya dan tradisi Indonesia di Belanda guna meningkatkan kunjungan wisata ke Indonesia. Pihak KBRI di Den Haag menyebutkan bahwa Komunitas Bali di Belanda, yang berjumlah lebih dari 250 orang, telah lama menginginkan keberadaan pura di Belanda untuk ibadah dan merayakan hari-hari besar.

Sebelum pendirian pura di Belanda tersebut, komunitas Bali terpaksa menyewa gedung dan berpindah-pindah tempat, termasuk bepergian ke pura di Belgia. “Pura ini tidak hanya sekedar tempat untuk ritual ibadah bagi umat Hindu Bali di Belanda dan sekitarnya, tapi juga simbol kebanggaan bersama, dan bukti tekad kerja keras, kerukunan, toleransi, dan semangat gotong royong,” kata Duta Besar Indonesia untuk Belanda Mayerfas saat itu. Selain sumbangan sukarela dari komunitas diaspora Indonesia di Belanda, pihak KBRI menyebutkan banyak pihak yang turut membantu pendirian pura tersebut, salah satunya memberikan sumbangan materi pura yang dibuat dari batu hitam Karangasem oleh warga Bali di Indonesia. 7 adi
Read Entire Article