PHRI Dorong Bali Bisa Mandiri Energi, Buntut Pemadaman Listrik di Seluruh Bali

16 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
“Harapan kami Pemprov Bali, Bali mandiri energi harus terjadi, karena riskan sekali kalau terjadi apa-apa, jadi harus punya energi mandiri,” kata dia. PHRI Bali menilai sebagai daerah pariwisata Bali tidak dapat selalu mengandalkan distribusi listrik dari Pulau Jawa.

Industri akomodasi dan restoran ini takut pemadaman listrik memberi hiburan tidak baik bagi pariwisata, apalagi saat ini okupansi hotel sedang berada di angka 60-70 persen dari sekitar 160 ribu kamar yang tersedia. Selain mendorong mandiri energi, PHRI Bali meminta atas kejadian ini PLN sebagai penyedia listrik juga rutin merawat teknologi mereka, mengingat setidaknya lima tahun terakhir hal seperti ini tidak pernah terjadi.

“Juga kepada PLN harusnya melakukan pemeliharaan harian, tiap hari harus ada, mingguan dan bulanan sehingga tidak tiba-tiba terjadi seperti ini,” ujar Agung Rai. Kejadian pemadaman listrik sendiri melanda lebih dari 5 jam Bali sejak pukul 16.00 Wita. Beruntung, hotel-hotel di Bali menyediakan genset sebagai suplai listrik cadangan yang dioptimalkan untuk melayani wisatawan. “Kalau di di hotel-hotel memang kan sudah punya genset sendiri, ketika ada pemadaman dari PLN otomatis dalam hitungan detik genset akan bisa hidup, tapi tamu-tamu akan berpikir apakah Bali ini kurang energinya atau kurang persiapan atau apa hingga tiba-tiba bisa blackout,” kata dia.

PHRI Bali melihat meski penerangan di area hotel masih bisa mereka jaga, namun tanggapan wisatawan dengan gelapnya area publik dan jalan raya merupakan hal buruk. “Jadi persoalannya yang paling utama ini kan di area publik yang menjadi gelap sekali, baik di jalan, pantai, destinasi, dan segala macam itu yang terjadi,” ujar Agung Rai.

Pihak akomodasi hanya dapat menjelaskan kondisi pemadaman listrik tiba-tiba, namun tidak dapat memastikan kondisi selanjutnya kepada wisatawan. Yang menjadi kekhawatiran pula, kondisi di jalan yang gelap dan berbahaya bagi wisatawan, sehingga jajaran PHRI Bali hanya dapat meminta wisatawan berhati-hati dalam kondisi tersebut.

Sebelumnya Ketua Komisi III DPRD Bali (membidangi infrastruktur, lingkungan, transportasi dan perhubungan, dan energi) I Nyoman Suyasa menegaskan pentingnya langkah sigap untuk memperkuat kemandirian energi di Pulau Dewata, utamanya berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.

Suyasa menilai insiden pemadaman listrik pada Jumat (2/5), sangat mengganggu, terlebih Bali merupakan daerah pariwisata unggulan dengan bandara internasional yang menjadi pintu masuk utama wisatawan. “Bali ke depan harus sigap, harus ada cadangan energi yang melebihi kebutuhan. Sekarang ini kapasitas daya sekitar 1.150 megawatt (MW), sementara beban puncak mencapai 1.157,6 megawatt. Masih kekurangan banyak lah itu,” ujar Suyasa saat dihubungi NusaBali, Sabtu (3/5) malam. Saat ini total daya listrik yang tersedia di Bali, kata dia, sekitar 1.155 megawatt (MW), terdiri dari 815 MW pasokan dari pembangkit di Bali dan 340 MW sisanya berasal dari luar Bali melalui kabel laut. Artinya, Bali masih sangat tergantung pada pasokan energi dari luar daerah. 

“Ini jelas sangat mengganggu ketika tiba-tiba terjadi blackout seperti kemarin. Sebagai daerah tujuan wisata kelas dunia, jelas sangat mengkhawatirkan dan memalukan,” tandasnya. Menurutnya, Pemerintah Provinsi Bali harus segera merancang langkah konkret untuk mencapai kemandirian energi, tanpa terlalu bergantung pada pasokan dari luar Bali, terutama dari Jawa yang sebagian besar menggunakan energi berbasis batubara.

“Sekarang sebagian besar kan suplai-nya dari Jawa, dan dari Jawa itu sebenarnya energinya itu kan berbasis yang agak tidak ramah lingkungan dari batubara. Sehingga Bali harus lebih mengedepankan energi yang lebih ramah lingkungan. Harus wajib itu dalam hal kemandirian energi Bali sudah harus siap-siap, jangan ketergantungan dengan luar Bali sehingga terulang kejadian seperti kemarin. Apalagi Bali ini daerah pariwisata, dan banyak tempat vital seperti rumah sakit, sekolah, hotel, semuanya kan terganggu ketika blackout seperti kemarin,” tandas Suyasa.

Disinggung terkait sikap Gubernur Bali Wayan Koster yang sejak awal menolak tambahan pasokan 500 MW dari Paiton, Jawa Timur, dan mendorong transisi energi bersih lokal, Suyasa menyatakan DPRD Bali mendukung penuh sikap tersebut. “Kami sejalan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang ramah lingkungan. Batubara itu jelas polusinya besar, merusak lingkungan. Energi ke depan di Bali harus betul-betul berbasis lingkungan agar tetap menjadi destinasi wisata unggulan,” tegasnya.

Ditanya soal target Gubernur Koster terkait Bali Mandiri Energi Bersih berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) paling lambat tahun 2045, dengan memanfaatkan implementasi energi surya, tenaga air, dan bioenergi yang menjadi pilar utama kemandirian, Suyasa mengakui pihaknya belum membahas lebih jauh isi Roadmap Bali Mandiri Energi Bersih yang dicanangkan Gubernur Koster tersebut. 

Namun menurutnya, rencana tersebut harus dikawal agar betul-betul berjalan, bahkan kalau memungkinkan dipercepat. “Kita belum sampai pembahasan itu roadmap-nya biar gak salah saya berkomentar, saya pelajari dulu. Tapi artinya Bali sudah ada kemauan, sudah ada rencana ke depan untuk kemandirian energi kan begitu, itu kita akan dukung, kita akan dukung itu,” ucapnya. 7 ant
Read Entire Article