ARTICLE AD BOX
Jro Bendesa Adat Kesiman, I Ketut Wisna, mengatakan bahwa penjor-penjor yang dipasang pada Piodalan Pengerebongan merupakan Penjor Yadnya, bukan sekadar penjor hias. Hal ini tercermin dari kelengkapan unsur seperti pala gantung, pala bungkah, dan pala wija—hasil bumi yang sarat makna persembahan.
“Dalam situasi harga bahan yang naik, ST tetap berupaya maksimal. Kreativitas mereka luar biasa. Setiap enam bulan, makin banyak ide-ide baru dan inovasi dalam karya penjor,” ujar Jro Bendesa Wisna.
Ia menekankan bahwa lomba penjor yang rutin diadakan menjelang Pengerebongan tidak hanya soal mencari juara, melainkan sebagai ruang pelestarian budaya sekaligus edukasi tentang makna sesungguhnya dari penjor itu sendiri. “Jangan sampai penjor hanya dilihat sebagai hiasan semata. Kami ingin menjaga pakem dan nilai-nilai yadnya-nya,” imbuhnya.
Untuk itu, pihak desa adat juga terus mempertegas kriteria penilaian lomba penjor agar tidak melenceng dari pakem. Termasuk rencana penguatan tradisi lain seperti lomba ngelawar untuk menyambut piodalan secara menyeluruh.
“Harapan kami, lomba Penjor Pengerebongan bisa menjadi ikon budaya Desa Adat Kesiman. Bukan hanya melestarikan tradisi, tapi juga memperkuat jati diri generasi muda dalam adat istiadat Bali,” pungkasnya. *m03