Mensesneg Minta Maaf ke Masyarakat Bali

11 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
JAKARTA, NusaBali
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mewakili Presiden Prabowo Subianto menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas ketidaknyamanan yang terjadi akibat pemadaman listrik pada Jumat (2/5).

“Pemerintah terus memantau proses pemulihan secara intensif dan memastikan bahwa layanan publik kembali berjalan normal secepat mungkin,” kata Prasetyo yang juga juru bicara (jubir) Presiden Prabowo Subianto, dalam keterangan yang diterima Antara di Jakarta, Jumat (2/5).

Dia menyampaikan bahwa pemulihan kondisi sistem kelistrikan karena pemadaman listrik di Pulau Bali terus dilakukan secara bertahap dengan memerhatikan stabilitas dan keselamatan sistem.

Dia juga memberikan apresiasi kepada seluruh tim PLN yang telah bekerja cepat, tangguh, dan profesional di tengah kondisi darurat. 

Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi –ANTARA 

Prasetyo menjelaskan bahwa setelah mendapat laporan mengenai gangguan kelistrikan di Bali, dan atas arahan Presiden, pihaknya segera melakukan koordinasi dengan Direktur Utama PLN serta jajaran terkait.

Berdasarkan laporan yang dihimpun, pemadaman listrik terjadi akibat gangguan pada kabel laut yang menghubungkan sistem kelistrikan Pulau Jawa dan Bali.
Gangguan tersebut menyebabkan trip pada seluruh pembangkit listrik di sistem Bali, sehingga memicu pemadaman luas di sejumlah wilayah.

Wilayah terdampak mencakup Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan. Beberapa fasilitas strategis seperti rumah sakit dan bandara sempat terganggu, namun langsung menjadi prioritas utama dalam proses pemulihan.

Mewakili Presiden, Mensesneg menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas ketidaknyamanan yang terjadi.

Di saat yang sama, dia juga memberikan apresiasi kepada seluruh tim PLN yang telah bekerja cepat, tangguh, dan profesional di tengah kondisi darurat.

Gubernur Bali Wayan Koster juga mengapresiasi gerak cepat PT PLN (Persero) dalam mengatasi gangguan sistem kelistrikan yang terjadi di Bali pada Jumat (2/5). Sejak awal terjadinya gangguan, PLN langsung menindaklanjuti dengan menggelar rapat virtual. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo juga terus melaporkan tiap perkembangan upaya pemulihan sistem kelistrikan sejak awal gangguan terjadi hingga berhasil teratasi.

“Saya mengapresiasi langkah cepat, sigap, dan responsif dari PLN selama melakukan perbaikan kelistrikan di Bali. Hampir tiap jam selama momen perbaikan kemarin, Dirut PLN terus melaporkan perkembangannya secara rinci,” kata Koster dalam keterangan tertulis, Sabtu (3/5). 

Menurut Koster, ratusan personel PLN telah berjuang keras di lapangan untuk menghadirkan kembali keandalan listrik di Bali. 

“Dalam waktu kurang dari 12 jam, PLN berhasil menghadirkan kembali terang bagi masyarakat Bali. Ratusan personel beserta Dirut turun langsung ke lapangan,” ujar Koster.

Dia juga mengimbau agar PLN dapat terus menjaga keandalan listrik karena Bali sering menjadi tuan rumah agenda-agenda internasional, salah satunya saat terjadi pemadaman adalah sedang berlangsung kompetisi panjat tebing International Federation Sport Climbing (IFSC) World Cup 2025 di Pulau Peninsula, Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung.

“Saya telah berpesan kepada PLN untuk dapat terus jaga keandalan listrik di Bali karena kita sering jadi tuan rumah acara-acara internasional,” ucap Koster.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi sekaligus berterima kasih kepada Gubernur dan segenap masyarakat Bali atas dukungan serta kesabarannya selama proses penormalan berlangsung.

“Kami dari jajaran Direksi PLN yang hadir langsung memimpin proses pemulihan listrik di Bali menyampaikan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang terjadi kemarin. Kami juga berterima kasih atas dukungan Pak Gubernur dan segenap masyarakat Bali,” kata Darmawan. 

Ketua Komisi III DPRD Bali (yang membidangi infrastruktur, lingkungan, transportasi dan perhubungan, dan energi) I Nyoman Suyasa menegaskan pentingnya langkah sigap untuk memperkuat kemandirian energi di Pulau Dewata, utamanya berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.

Suyasa menilai insiden pemadaman listrik pada Jumat (2/5), sangat mengganggu, terlebih Bali merupakan daerah pariwisata unggulan dengan bandara internasional yang menjadi pintu masuk utama wisatawan. “Bali ke depan harus sigap, harus ada cadangan energi yang melebihi kebutuhan. Sekarang ini kapasitas daya sekitar 1.150 megawatt (MW), sementara beban puncak mencapai 1.157,6 megawatt. Masih kekurangan banyak lah itu,” ujar Suyasa saat dihubungi NusaBali, Sabtu (3/5) malam. Saat ini total daya listrik yang tersedia di Bali, kata dia, sekitar 1.155 megawatt (MW), terdiri dari 815 MW pasokan dari pembangkit di Bali dan 340 MW sisanya berasal dari luar Bali melalui kabel laut. Artinya, Bali masih sangat tergantung pada pasokan energi dari luar daerah. 

“Ini jelas sangat mengganggu ketika tiba-tiba terjadi blackout seperti kemarin. Sebagai daerah tujuan wisata kelas dunia, jelas sangat mengkhawatirkan dan memalukan,” tandasnya.

Menurutnya, Pemerintah Provinsi Bali harus segera merancang langkah konkret untuk mencapai kemandirian energi, tanpa terlalu bergantung pada pasokan dari luar Bali, terutama dari Jawa yang sebagian besar menggunakan energi berbasis batubara.

“Sekarang sebagian besar kan suplai-nya dari Jawa, dan dari Jawa itu sebenarnya energinya itu kan berbasis yang agak tidak ramah lingkungan dari batubara. Sehingga Bali harus lebih mengedepankan energi yang lebih ramah lingkungan. Harus wajib itu dalam hal kemandirian energi Bali sudah harus siap-siap, jangan ketergantungan dengan luar Bali sehingga terulang kejadian seperti kemarin. Apalagi Bali ini daerah pariwisata, dan banyak tempat vital seperti rumah sakit, sekolah, hotel, semuanya kan terganggu ketika blackout seperti kemarin,” tandas Suyasa.

Disinggung terkait sikap Gubernur Bali Wayan Koster yang sejak awal menolak tambahan pasokan 500 MW dari Paiton, Jawa Timur, dan mendorong transisi energi bersih lokal, Suyasa menyatakan DPRD Bali mendukung penuh sikap tersebut. “Kami sejalan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang ramah lingkungan. Batubara itu jelas polusinya besar, merusak lingkungan. Energi ke depan di Bali harus betul-betul berbasis lingkungan agar tetap menjadi destinasi wisata unggulan,” tegasnya.

Ditanya soal target Gubernur Koster terkait Bali Mandiri Energi Bersih berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) paling lambat tahun 2045, dengan memanfaatkan implementasi energi surya, tenaga air, dan bioenergi yang menjadi pilar utama kemandirian, Suyasa mengakui pihaknya belum membahas lebih jauh isi Roadmap Bali Mandiri Energi Bersih yang dicanangkan Gubernur Koster tersebut. 

Namun menurutnya, rencana tersebut harus dikawal agar betul-betul berjalan, bahkan kalau memungkinkan dipercepat. “Kita belum sampai pembahasan itu roadmap-nya biar gak salah saya berkomentar, saya pelajari dulu. Tapi artinya Bali sudah ada kemauan, sudah ada rencana ke depan untuk kemandirian energi kan begitu, itu kita akan dukung, kita akan dukung itu,” ucapnya.

Suyasa juga mengapresiasi langkah cepat PLN dalam menangani gangguan pemadaman. Komisi III mendorong koordinasi yang lebih intens antara Pemprov Bali dengan PLN. Terutama dalam hal antisipasi potensi gangguan yang disebabkan oleh jalur kabel laut dari Jawa. 

Suyasa juga menekankan pentingnya memulai pembahasan dan implementasi kemandirian energi dari sekarang, agar tidak terlalu lama menunggu hingga 2045. Hal itu lantaran pertumbuhan jumlah penduduk Bali yang juga berdampak langsung terhadap peningkatan kebutuhan energi. 

“Dengan pertambahan penduduk di Bali, tentunya itu sangat berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kalau beban puncak sudah 1.157 megawatt, ya tingkatkanlah cadangannya beberapa persen agar aman. Kalau kita masih mengandalkan suplai dari Jawa, sangat riskan,” jelasnya.

Namun demikian, Suyasa mengakui saat ini Bali belum bisa sepenuhnya melepaskan ketergantungan pasokan energi dari Jawa. “Suplai dari Jawa itu selama belum ada cadangan energi cukup di Bali, ya masih harus jalan terus. Tapi mulai sekarang harus dipikirkan, saya percaya Gubernur akan bisa mengatasi itu,” tandasnya.

Saat listrik di Bali blackout selama 11,5 jam pada Jumat (2/4),  mulai pukul 16.00 Wita dan kembali normal 100 persen pada Sabtu (3/4) pukul 03.30 Wita, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo memimpin langsung pemulihan sistem. Dikonfirmasi pada Sabtu kemarin, Darmawan menyebut indikasi gangguan terpantau terjadi pada sistem penyaluran kabel laut. Namun kepastian penyebabnya masih terus ditelusuri dan bukan akibat dari serangan siber atau yang lainnya. 

“Hingga saat ini, personel kami di lapangan tetap bersiaga untuk terus menjaga dan memastikan pasokan listrik di Bali telah 100 persen pulih, termasuk pada tempat-tempat vital di sektor pelayanan umum seperti rumah sakit, bandara, pelabuhan, dan pusat-pusat keramaian. Kami terus berupaya secara maksimal sekaligus mengevaluasi dan melakukan penguatan sistem kelistrikan agar seluruh  pelanggan dapat terus menikmati listrik andal seperti biasanya,” kata Darmawan.

Darmawan juga menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi dan mengapresiasi pengertian dari pelanggan. 

Menurutnya, proses pemantauan masih terus dilakukan sehingga tidak lagi terjadi hal yang sama. Kerugian belum bisa disampaikan akibat blackout tersebut. “Kami masih fokus penormalan, belum ada kepikiran untuk pekerjaan lain. Jadi kalau untuk penghitungan kerugian kami sampai saat ini belum ke arah sana,” tandasnya. 7 ant, adi, t, mis
Read Entire Article