Bali Jangan Lupakan Sapi

9 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Banyak pura subak tidak ada lagi yang mengurus. Para penyungsung pura subak beralih menjadi pelayan industri turisme.

Badung dan Gianyar, yang menikmati pendapatan asli daerah sangat besar, bisa dituding sebagai kabupaten yang dulu hebat dalam bidang pertanian, kini sangat tergantung pada industri pesiar. Badung sangat peduli pada daerah selatan: Nusa Dua, Kuta, Canggu, Jimbaran, tapi kurang perhatian pada Badung Utara dengan tanah pertanian luas seperti Pelaga, Petang, untuk dikembangkan sebagai sumber tanaman dan ternak.

Yang mengagetkan justru Kabupaten Gianyar, karena masih peduli pada pertanian melalui kegiatan aktif di bidang peternakan. Dalam rangka memperingati ulang tahun Gianyar yang ke-254, tidak cuma pawai dan pentas seni diselenggarakan, juga kegiatan lomba pertanian. Selama Maret hingga April 2025 Pemerintah Kabupaten Gianyar menyelenggarakan lomba bibit sapi bali jantan, bekerjasama dengan Pusat Unggulan Penelitian Sapi Bali, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana.

Peserta lomba diambil dari 7 kecamatan di Gianyar (Sukawati, Blahbatuh, Gianyar, Tampaksiring, Ubud, Payangan, dan Tegallalang), masing-masing mengirim 6 ekor sapi dari 6 peternak yang sebelumnya diseleksi oleh tim teknis kecamatan, sehingga total peserta 42 ekor.  Dari hasil penilaian tim juri, di tingkat kecamatan dipilih masing masing 2 ekor yang terbaik untuk maju ke tingkat kabupaten, sehingga yang menjadi finalis 14 ekor sapi jantan.

Tidak tanggung-tanggung, 5 dari 8 juri ini adalah guru besar bidang peternakan. Mereka berpengalaman dalam kegiatan kontes ternak saat menentukan secara fisik ternak-ternak unggul yang dinobatkan sebagai juara. Para juri ini melakukan penilaian ke lapangan, langsung ke kandang sapi. Sebanyak 14 finalis dinilai di Lapangan Banteng, Tegal Tugu, Gianyar, untuk menentukan sang sapi jantan bibit juara.

Sapi juara pertama memperoleh hadiah Rp 20 juta, juara kedua Rp 15 juta, juara 3 Rp 10 juta, harapan satu Rp 10 juta, harapan kedua Rp 8 juta, dan harapan ketiga, si juru kunci, kebagian Rp 6 juta.

Ketua tim juri, Prof Wayan Suarna, tidak kuasa menutupi kegembiraan untuk kegiatan lomba bibit sapi jantan ini. “Sudah sepatutnya lomba seperti ini disosialisasikan lebih luas, diselenggarakan di seluruh Bali,” harap nya. Ia juga mengusulkan agar lomba kelak melibatkan Balai Inseminasi Buatan Daerah dan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan HPT Denpasar. Sapi juara bisa dimanfaatkan sebagai sumber semen/spermatozoa. “Sehingga hasil lomba bisa dimanfaatkan, tidak dijual untuk dipotong,” jelasnya. 

Bersyukurlah masih ada yang peduli sama sapi bali yang memiliki keunikan dan keunggulan. Sapi bali, Bos sondaicus, adalah sapi asli, punya darah murni. Sekarang sapi bali sudah menjadi sapi nusantara, dan sapi-sapi bali terbaik justru ada di padang penggembalaan luar Bali seperti di Lampung, NTT, NTB, Sulawesi. Namun bisa jadi darah sapi-sapi bali itu tidak lagi murni, karena sudah mengalami persilangan dengan sapi-sapi lain, sapi lokal, di wilayah itu. 

Kemurnian sapi bali terjaga karena pemerintah Bali melarang sapi-sapi lain ada di Bali, sehingga persilangan terhindarkan. Ada petani berkelakar, “Biarlah orang Bali kawin silang dengan orang luar, sapinya jangan.”

Maka menjadi sangat menarik ketika NusaBali menurunkan tiga kali berita utama (25/4, 26/4, dan 2/5) tentang pengiriman sapi bali dari NTB ke Jawa diawasi sangat ketat di Pelabuhan Padangbai. Yang dikhawatirkan bukan penularan penyakit mulut dan kuku semata, juga menghindarkan sapi-sapi itu diam-diam diturunkan di Bali, diulang berkali-kali lain waktu, dipelihara, dan dalam jangka panjang bisa merusak kualitas genetik kemurnian darah sapi bali di Bali.

Kendati industri turisme tumbuh begitu sengit, pertanian diabaikan, semestinya jangan melupakan sapi bali. Ini harta karun dunia yang cuma ada di Bali. Jika kemurnian sapi bali sampai tercemar, betapa memalukan kecerobohan kita. 7
Read Entire Article