14 RS Bangun Jaringan Penanganan Stroke

9 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali
Sebanyak 14 rumah sakit di Bali berkomitmen membangun sistem jaringan untuk penanganan stroke yang menjadi kasus tertinggi kedua setelah penyakit jantung. Ke-14 rumah sakit itu adalah RSUP Prof Ngoerah, RSUD Bali Mandara, RSUD Wangaya, RSUD Mangusada, RSU Negara, RSUD Klungkung, RSUD Bangli, RSUD Karangasem, RSUD Buleleng, RSUD Tabanan, RSUD Sanjiwani Gianyar, RS Bhayangkara, RS Universitas Udayana dan RS Angkatan Darat.

“Sebenarnya penanganan stroke sudah ada di masing-masing rumah sakit, tetapi sendiri-sendiri masih belum komprehensif, belum terintegrasi, belum terpadu, hari ini kita membangun komitmen untuk mempersiapkan sebuah sistem penanganan stroke yaitu Bali Stroke Care,” kata Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah I Wayan Sudana MKes kegiatan Bali Stroke Care di Bale Banjar Room, Hotel Le Meridien, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, Kamis (8/5).

Sudana menjelaskan pentingnya langkah cepat penanganan stroke, apalagi jika berkaca pada data bahwa setiap 3 detik terjadi satu kasus baru stroke. Berdasarkan Global Analysis Study tahun 2019 sendiri diprediksi jumlah kasus stroke yang ada di Bali sebesar 11.036 orang dengan 1.655 orang atau sekitar 15 persen kasus terancam kematian dan sebesar 7.173 atau 65 persen kasus terancam mengalami kecacatan.

RSUP Prof Ngoerah melihat upaya penanganan dengan cepat menjadi langkah yang bisa diambil, sehingga tindakan awal yang dilakukan adalah menyatukan seluruh rumah sakit daerah. Selanjutnya ke-14 rumah sakit ini akan menjadwalkan pembentukan sistem Bali Stroke Care dengan teknologi digital, serta penyusunan peran dan tahapan tiap rumah sakit. Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang RSUP Prof Ngoerah Affan Priyambodo menambahkan di samping menyiapkan teknologi, mereka akan menyusun tingkatan rumah sakit di Bali berdasarkan kemampuan layanan terhadap penyakit stroke.


Kadiskes Bali dr I Nyoman Gede Anom MKes (tengah) dan Dirut RSUP Prof Ngoerah dr I Wayan Sudana MKes (kanan) saat diwawancarai wartawan. –MAOLAN 

Ke-14 rumah sakit akan memetakan diri mulai dari layanan paling sederhana yaitu kemampuan dan pelayanan CT scan, kateterisasi, dan ketersediaan dokter spesialis saraf. “Rumah sakitnya kami buat ada peringkatnya dari yang paling sederhana yaitu mampu CT scan, memiliki dokter saraf, dan mampu melakukan penghancur darah, setelah itu harus segera dikirim ke rumah sakit yang mampu melakukan kateterisasi, itu dulu sistemnya,” ujar Affan.

Pada tahap awal, tim sudah mengidentifikasi sejumlah rumah sakit dengan RSUP Prof Ngoerah atau yang dulu dikenal dengan RSUP Sanglah sebagai tingkat paripurna dan dilanjutkan RSUD Bali Mandara dan RSUD Buleleng tingkat utama. “RS Bali Mandara sudah diberikan kateterisasi, di Buleleng mampu CT scan, jadi misalkan terkena stroke di Tabanan dia bisa pilih ke Utara atau Selatan,” kata dia.

Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama untuk stroke care di Bali, melibatkan sembilan rumah sakit kabupaten/kota dan rumah sakit lainnya seperti RS Udayana, RS Bhayangkara, dan RS Bali Mandara. 

Sehari sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster saat menerima audiensi jajaran RSUP Ngoerah di Jayasabha, memberikan dukungan penuh, termasuk pengembangan aplikasi berbasis IT untuk mempercepat koordinasi antar-rumah sakit.

“Bali Stroke Care menjadi langkah awal. Target kami, pada World Stroke Day Oktober 2025, sistem ini sudah berjalan efektif, sehingga tidak ada lagi pasien stroke yang tidak tertolong karena keterlambatan penanganan,” tegas dr Sudana. Kegiatan ditutup dengan workshop membahas teknologi penanganan stroke dan pelatihan hands-on trombektomi mekanis.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali ingin agar sistem jaringan yang dibangun antar-rumah sakit daerah di Bali mampu menekan kasus stroke. “Jelas kami sangat mendukung, Pemprov Bali, kabupaten/kota, dan semua rumah sakit daerah, termasuk juga rumah sakit vertikal, dengan tujuan utama adalah mengurangi angka kematian dan kecacatan stroke,“ kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Bali dr I Nyoman Gede Anom MKes.

Dokter Anom mengingatkan kasus stroke menjadi penyakit tertinggi kedua di Bali setelah jantung. Data Global Analysis Study tahun 2019 menyebut jumlah kasus stroke yang ada di Bali sebesar 11.036 orang dengan 1.655 orang atau sekitar 15 persen kasus terancam kematian dan sebesar 7.173 atau 65 persen kasus terancam mengalami kecacatan.

Ia mengatakan yang selama ini menjadi kendala dalam penanganan stroke adalah keberadaan rumah sakit yang melayani terbatas. “Tapi sekarang sudah ada bantuan dari pemerintah pusat dan sudah dilatih dokter-dokter spesialisnya, saat ini di Bali, kita sudah siap melayani, apalagi sudah ada jaringan,” ujarnya. Terkait sumber daya tenaga kesehatan, kata dia, saat ini terus disiapkan. Tercatat Bali sudah memiliki lebih dari 150 tenaga spesialis saraf.

“Jadi berhubungan rumah sakit satu dengan yang lain, melayani akan jadi cepat, kalau rumah sakit di sana tidak bisa melayani, bisa dilayani di rumah sakit satunya,” kata dr Anom. Nantinya melalui sistem Bali Stroke Care RSUP Prof Ngoerah akan menjadi rujukan terakhir setelah melalui penanganan awal agar tidak terjadi keterlambatan di rumah sakit lainnya. Untuk membantu jaringan rumah sakit ini, kata dia, Pemprov Bali dan kabupaten/kota akan membantu menyiapkan data pendukung. 7 ant, mao
Read Entire Article